Sunday, September 30, 2012

Sister Azra banu

She reminds me:


#1 There is no such thing as stagnant. We're always moving. And being human, we are moving up and down.

#2 Everything has an impact greater than zero.

#3 Everything we do (positive or negative, right or wrong, good or evil) would left something behind.

#4 Always thinking about improving yourself

#5 Some says "Nothing will get you nothing". But I said: "Nothing will bring you disaster!"

#6 Never leave yourself doing nothing

#7 Our mouth might say: "I'm doing it for Allah". But remember "we can't lie to our heart"

#8 Our appetite would never be satisfied. It will look for another one.

#9 Allah has given us all we need to know His will and succeed in this world and next. He has enabled us to know his will. He gave us direct revelation, observable signs (nature), senses, reason, understanding and intuition to discover the divine.

#10 Our nafs (desire, lust) love this world. So keep your heart progressing (pure and clean) by cleansing it every time (remember Allah).



Such a powerful advise. Deeply meaningful I think. May Allah bless you sister!

With Sister Azra Banu during Khalifah Youth Training (KYC) in Khalifah Institute (K.I), Ampang

Wednesday, September 26, 2012

Is right and wrong relative?

Living in today's world is really challenging. We live in an age where good and evil are often looked at as relative concepts. Each person has his or her own personal understanding of right and wrong. Good and evil.



We all have our own idea about it.

Some believed that good and evil are relative and left to the individual and society. What is good? Wrong? Evil? Right? Etc...

Such claim (good and evil are relative) left us with a question. What do we mean by relative?

Well, it was determined by the perception of the individual. It is general and abstract. Means it don't relate to specifics. Different people believed different things to be good or evil. Right or wrong. That's why some people claimed  good and evil or right and wrong are determined by circumstances.
For example:

Today is A, tomorrow can be B, In the future can be C
But, let us think for a bit. To believe there is no definite good and evil can lead to a situation where no standards of right and wrong are acceptable.

And how such situation would helps in creating a harmony and peaceful world?

Thursday, September 13, 2012

Selisih 4 hari

Ujian Tuhan datang pada waktu berbeza-beza. Bentuk dan tahapnya tak sama. 

Kalau dulu aku mungkin hanya dengar berita lewat cuping teliga.

Kalau dulu aku mungkin hanya baca lewat pesanan ringkas (sms).

Kisah sedih dan musibah orang lain.

Ya, waktu itu mulut mudah saja ucap

"Innalilahi wa inna alaihi rajiun"
"Moga roh arwah Tuhan rahmati"
"Banyakkan berzabar ye"
"Al-fatihah, moga roh arwah dicucuri rahmat"

 

 Sekarang,

Bila ujian Tuhan betul-betul tepat menimpa kami sekeluarga.

Atuk saudara (Tok Bik, belah ibu) meninggal selasa lepas (4hb)
Pakcik saudara (Paklong, belah ibu juga) meninggal sabtu lepas (8hb)

Selisih 4 hari, Tuhan ambil semula apa yang menjadi haknya. Atuk dan pakcik saudara pergi selamanya.

Baru aku rasa. Betul-betul tahu dan rasa bagaimana perasaan kehilangan orang yang kita sayang.

Ujian menjadikan kita lebih tabah daripada apa yang kita fikir, dan lebih cantik dari apa yang kita lihat


Arwah selamat di mandi, kafan, solat dan kemudian kebumi. Dan aku sampai bila semuanya sudah selesai. Ya, tak sempat mahu lihat jenazah buat kali terakhir. Sedih. Terkilan.

Masa atuk saudara meninggal, aku di KL. Bergegas pulang ikut makcik saudara yang tinggal di kajang.


Selamat sampai ke kampung. Tapi jenazah sudah selamat di kebumi.

Masa paklong meninggal. Aku pula ada di Johor. Ada program di sekolah. Terus aku minta izin Mama Z (Pengarah program) untuk pulang sekejap. Janji aku, esok (waktu majlis penutupan program) aku akan datang semula. Selamat sampai ke kampung. Tapi, sekali lagi jenazah sudah selamat di kebumi.

Barangkali Tuhan mahu uji aku. Bagaimana rupa dan wajah rasa 'terkilan', 'Sedih', 'Sayu'.

Doa aku dalam tiap sujud. Moga Tuhan mudahkan urusan mereka. Moga Tuhan kurniakan syurga dan penghapusan dosa. Moga tiap air mata sanak-saudara yang tertumpah sebelum ini, jadi titipan doa buat arwah berdua.

__________________________________________________________________________________
p/s: I just miss you Paklong and Tok Bik so much.....May Allah make it easy for both of you. May He accept all your good deeds and erased all your sins. Ameen.

Tuesday, September 11, 2012

Bu Wiwi & Pak Tamim.




Akhirnya,  
10 bersaudara bintang Al-Qur'an 

buku dari seberang (Indonesia) ini sudah ada dalam tangan. Menambah koleksi buku yang sedia ada.

Buku yang berkongsi pengalaman, berbagi kisah nyata pasangan ibu Wiwi (Wirianingsih) dan Pak Tamim (Mutamimul 'Ula) yang bukan saja berhasil membesarkan anak mereka menjadi penghafal Al-Qur'an bahkan tumbuh cemerlang dalam akademik.

Dua sosok manusia yang buat aku kagum.
 
Kadang aku terfikir "Harus macam mana nanti mahu mendidik, mengasuh, menjaga, membesar anak-anak sendiri nanti?"

Dan buku tulisan Izzatul Jannah ini terusan menjadi inspirasi. Masakan tidak. Satu atau dua putra hafal dan faham Al-Qur'an mungkin biasa bagi aku, tapi sepuluh putra-putri seluruhnya? Luar biasa aku kira. Nyata buku ini aku fikir bacaan penting dan mesti ada dalam koleksi peribadi!



Bahagaian #1 buku ini berbagi kisah seputar komitmen dan tekad bu Wiwi dan Pak Tamim untuk melahirkan bintang yang tumbuh segar dengan Al-Qur'an


Dalam kesibukkan seperti apa pun, tidak sekali di jadikan alasan bu Wiwi dan Pak Tamim untuk culas dan bermalasan dalam mendidik dan membina generasi yang menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup seharian.

Ini aku mahu kongsi sikit sebahagian kata Wirianingsih dan Mutamimul 'Ula. Harapnya kalian yang baca mampu rasa termotivasi untuk turut jadi sebahagian manusia yang mampu menghafal Al-Qur'an satu hari nanti. Tidak mahukah terpilih menjadi sebahagian keluarga Al-Qur'an?

Mahu tahu lebih jelas dan lanjut. Beli terus bukunya. =)
__________________________________________________________________________________

11 orang putra-putri yang berkualiti.
 

"Putra-putri Bu Wiwi & Pak Tamim yang berjumlah sebelas (seorang telah meninggal masa kecil) : 7 lelaki dan 4 perempuan seluruhnya di awali masa kanak-kanak mereka dengan berinteraksi bersama Al-Qur'an Pasangan ini secara sistematis telah merancang kurikulum berbasis Al-Qur'an bagi putra-putrinya."
pg: 21 


"Visi tentang Al-Qur'an tidak begitu saja muncul pada pasangan ini. Visi tersebut telah di bangun dan di internalisasi bahkan sejak mereka belum menikah". pg: 23

"Cita-citanya (bu Wiwi) untuk mewujudkan keluarga yang mampu menginspirasi dan menjadi teladan bagi masyarakat tertanam begitu kuat dan dalam." pg: 23



"Ibunda Wiwi, Tresnaningsih, adalah orang pertama yang mengajarkan Wiwi kecil untuk membaca Al-Qur'an." pg: 25


"Bapa Wiwi pula, Pak Wage memberikan fasilitas rohani yang lain. Beliau mengundang seorang ustaz untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada Wiwi, mendirikan madrasah dan yayasan sehingga Wiwi melihat sendiri betapa ayah dan bundanya memberikan fasilitas rohani lengkap bagi pertumbuhan jiwanya." pg: 26


"Keyakinan, kepahaman, konsistensi amaliah, kesinambungan usaha, doa dan kesabaran adalah kunci dari usaha Wiwi dan suaminya untuk menjadikan anak-anaknya para penghafal Al-Qur'an." pg: 29


"Sang ayah haruslah seseorang yang memiliki visi besar tentang pendidikan dan ibunyalah yang akan menjalankan misinya, mengisi kerangkanya." pg: 30




Himmaty, putri bongsu yang kini sudah hafal 2 Juz Al-Qur'an
_________________________________________________________________________________

Pak Tamim meyakini Al-Qur'an itu tidak hanya sekadar hafalan di tubir mulut, bahkan harus diamalkan, diperjuangkan, didakwahkan dan diwujudkan dalam sebuah senarai peradaban.


"Di tengah kesibukan, Wiwi masih sempat mengundang anak-anak tetangganya untuk belajar Al-Qur'an. Tetangga adalah saudara terdekat, sedikit banyak tentu akan mempengaruhi pola pikir dan perilaku anak-anaknya. Sebelum anak-anak saudara terdekat itu memberikan pengaruh tidak sesuai dengan visi, misi dan konsep keluarga yang diyakininya, Wiwi segera menebar pengaruh kepad mereka. Pengaruh yang berbasis dari Al-Qur'an." pg: 32

___________________________________________________________________________________

Keseimbangan proses jadi kunci keberhasilan bu Wiwi dan Pak Tamim



"Tanamlah kebiasaan (habit) maka engkau akan menuai takdir. Berinteraksi dengan Al-Qur'an berhasil di tanamkan sebagai kebiasaan putra-putri mereka sehingga takdir menjadi para penghafal Al-Qur'an menjadi hak mereka." pg: 43



Pak Tamim (Mutamimul 'Ula)

_________________________________________________________________________________

Bermula dengan visi yang terarah jelas dan utuh, Pasangan ini mahu kesemua putra-putri mereka tumbuh sebagai penghafal Al-Qur'an. Nyata bagi aku, itu satu impian yang mengunung dan cita-cita penuh tinggi!

Bu Wiwi dan Pak Tamim mengembangkan impian mereka bersama dengan misi yang sistematis dan berstrategi:

#1 Anak-anak harus mampu membaca Al-Qur'an yang memadai pada usia sebelum sekolah dasar (Rendah)

#2 Anak-anak harus tumbuh kemaunnya untuk berinteraksi secara intensif dengan Al-Qur'an 

#3 Orang tua harus memelihara kemauan dan kemampuan untuk konsisten terhadap visi.

#4 Orang tua harus menjaga stabilitas anak-anak dalam menghafal Al-Qur'an.

#5 Orang tua harus mampu menjadi teladan dalam berinteraksi dan mengimplementasikan amal-amal Qur'ani

#6 Orang tua harus mampu memberikan lingkungan yang kondusif bagi anak-anak untuk menghafal Al-Qur'an

Bu Wiwi (Wirianingsih). (Kredit)
_________________________________________________________________________________


Saya tidak melewatkan masa-masa penting usia emas perkembangan anak. Saya selalu berdoa setiap hari, setiap saat, dari anak kesatu hingga samapai anak kesepuluh, agar mereka menjadi generasi unggul. - Bu Wiwi


Pada saat usia anak masih batita, Wiwi senantiasa membaca Al-Qur'an dekat mereka. Ketika usia mereka balita (bawah 5 tahun), Wiwi sendiri yang mengajarkan huruf demi huruf Al-Qur'an kepada mereka dengan metode belajar sambil bermain, satu hari satu huruf Al-Qur'an. pg: 53

Setiap hari ada program duduk satu jam bersama Al-Qur'an. pg: 61

Anak-anak harus belajar Al-Qur'an pertama kali dari saya - Bu Wiwi pg: 66

Awalnya kalau saya tilawah, saya ambil posisi dekat dengan anak-anak. pg: 67

Saat mulai usia 4 tahun, saya ajari mereka a ba ta tsa. Sambil mereka bermain dan berlari-lari, saya ajarkan satu hari satu huruf Al-Qur'an. pg: 68


__________________________________________________________________________________
 
Prinsip pembiasaan & konsistensi menjadi pegangan pasangan ini.


Sabar bukanlah kata pasif yang berarti pasrah dan menyerah, tetapi sabar adalah kata aktif yang bermakna usaha yang terus-menerus sepanjang hayat masih di kurniakan. 

pg: 64

Bukankah itu adalah kesabaran? Kegigihan menahan beban karena keyakinan akan tujuan yang mulia. pg:64

Jadikan anakmu 'raja' pada tujuh tahun pertama, didik dan disiplinkan mereka pada tujuh tahun kedua, dan jadikanlah mereka teman pada tujuh tahun berikutnya. pg:66


"Ya Allah, jadikanlah kami, anak-anak kami, keluarga kami sebagai penghafal Al-Qur'an. Jadikan kami orang-orang yang mampu mengambil manfaat dari Al-Qur'an dan kelazatan mendengar ucapan-Nya, tunduk kepada perintah dan larangan yang ada di dalamnya, dan jadikan kami orang-orang yang beruntung ketika selesai khatam Al-Qur'an" 

_________________________________________________________________________________
p/s: Selalu lah berdoa, bermimpilah dengan cita yang tinggi, kemudian susuli dengan usaha praktikal yang konsisten dan sabar hingga tiba masanya menuai hasil.

Wednesday, September 5, 2012

Dengan tangan sendiri.


Dulu aku pernah punya rasa begini

Rasa #1

Ibu : "Tolong buangkan sampah yang dah penuh melimpah ni dekat luar (tong besar di depan rumah)"
Aku: "alaaa....suruh orang lainlah buat"
Ibu: "Tolonglah mak kejap..."
Aku: ye la, ye la...


Ya, dengan tangan sendiri sampah aku buang tapi dengan muka masam mencuka. Kalau di uji dengan kertas litmus boleh tukar warna dari biru ke merah! Hati memang tak ikhlas penuh berasid. pH 1!


Rasa #2.

Ibu: Tolong pergi kedai kejap. Sekeping nota bertulis senarai barang yang mahu dibeli dihulur.
Aku: "emmm....orang sibuk lah mak...suruh yang lain lah"
Ibu: "Tolonglah belikan jap..boleh?"
Aku: ala mak ni...bukan banyak pun barang nak beli....
Ibu: "Mak tengah masak ni, barang tu penting....nak guna"


Sekali lagi, barang di pinta tetap aku beli dengan tangan sendiri. Tapi, dalam hati penuh rasa meluat dan tak suka. Ye lah. Waktu 'free' dan melepak sudah di ganggu. Konon alasan bilang 'sibuk' dijadikan hujah balas kepada ibu sendiri.


Rasa #3

Ibu: "Tolong sidaikan baju ni kejap. Mak letih....(lepas memasak, kemas rumah, basuh baju...)"
Aku: "jap lagilah....ada kerja nak buat ni"
Ibu: "Tolonglah kejap, kat luar tu tengah panas terik"
Aku: "Alaa mak ni......"
Ibu: .......

Baju tetap aku sidai di ampaian. Dengan tangan sendiri. Tapi dengan muka kelat. Mencebik. Habis lintang pukang baju di ampaian. Buruk nampak gaya baju disidai. Ahh.....janji buat!. Hati aku menjawab.



Rasa #4

Ibu: "Tolong potong rumput depan rumah ni...dah panjang..."
Aku: "esok-esok je lah....mana ada panjang...kan hari tu baru potong (saja aku berdalih)"
Ibu: "Tolong lah....buat sikit-sikit...
Aku: "orang penat lah mak, nantilah..."
Ibu : .......................

Akhirnya, rumput yang panjang tetap aku potong. Dengan tangan sendiri. Cincai aku potong. Ada yang masih panjang. Ada yang pendek. Lansung aku tak peduli. Yang penting dah potong!




Rasa #5

Ibu: "Tolong hantar Mirza (adik yang bongsu) pergi sekolah agama. Ayah tak dapat hantar. Ada mesyuarat"
Aku: "Orang tengah tidur ni....letih...suruh yang lain tak boleh ke?"
Ibu: "Tak ada siapa kat rumah ni....tolong lah kejap"
Aku: ........Mattttt!!!! (Panggilan untuk adik)...cepat r siap...kacau ja orang nak tidur.
Ibu: ...........................

Kunci motor diambil. 'Tugas' hantar adik pergi sekolah tetap aku buat. Dengan tangan sendiri. Tapi penuh dengan rasa 'tension' bila waktu keemasan mahu tidur di ganggu.

Tapi  sekarang aku punya rasa yang ini:

Bila ibu minta tolong buat itu ini.

Aku bilang pada diri. 

 "Ibu tengah beri peluang untuk dapatkan kunci syurga dari dia!"


Cukup sudah dosa bertimbun yang aku kumpul sebelum ni. Tak sanggup aku hilang kunci syurga tu. Perik. Masih belum insaf lagi? bila aku kenang semua sikap 'rebel' dan ego aku serius boleh buat aku menanggis!. Betapa hal yang aku lihat kecil dan remeh sebenarnya mungkin maha besar disisi Tuhan!.

Ingat. Biar sekadar sampah mahupun barang keperluan dapur. Itu semua peluang dari Tuhan untuk engkau dapatkan redha dia. Aku pasti, engkau mesti terharu kalau Tuhan berikan syurga hanya sebab sampah! Syaratnya mudah. Buat dengan hati yang ikhlas kerana Tuhan. Nothing else.


Pohon pada Rabbmu, "Bimbing aku wahai Tuhan untuk terus berbakti pada ibu dan abah. Kurniakan aku kekuatan untuk terus melakar senyum di wajah mereka dengan khidmat kebaikan dari tangan aku sendiri. Amin

".........dan kepada kedua orang tua mu, berbuat baiklah..."
(17: 23).

"....rendahkanlah dirimu terhadap keduanya (ibu bapa) dengan penuh kasih sayang..."
(17: 24)


".....Kami wajibkan kepada manusia agar berbuat kebaikan kepada kedua orang tuanya..."
(29: 8)


".....kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya, ibunya telah mengandungkannya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusunya) "
(31: 14)

"....kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapanya: ibunya telah mengandungnya dengan menangung susah payah dan telah melahirkannya dengan menanggung susah payah"
(46: 15)

"....sesungguhnya syurga terletak di bawah tapak kakinya (Ibu)"
(
Shahih Sunan al-Nasai – hadis no: 3104)

_____________________________________________________________________________________________
p/s: Aku suka jika aku mati dalam keadaan aku tengah tolong ibu buat kerja. (Tolong buang sampah? Sidai baju di ampaian? Pergi kedai beli barang? Kemas rumah? Hantar adik pergi sekolah?). Ya aku suka, jika itu boleh aku jadikan tukaran membeli syurga!

Tok Bik

Moga damai di sana buat arwah Atok (Tok Bik, panggilan untuk atuk saudara belah ibu)

Moga tiap kesabaran menahan sakit pedih kanser. Tuhan ganti dengan ampunan dosa.

Moga tiap ketabahan menahan perik kaki yang lumpuh tak mampu bergerak, Tuhan ganti dengan mudahnya hisab hari kemudian

Atok meninggal dunia saat aku masih kecil tak tahu apa-apa. Sekarang Tuhan uji dengan perginya atuk saudara akibat sakit kanser. ='(

Jani Bin Daud: 040912, 2.30 ptng (65 Tahun)

Kanser


Sudah lebih sebulan (30/7 - 5/9),
hospital sudah bagai jadi rumah. Tiap hari sekadar terbaring lemah di katil wad.

Doa aku tiap kali dalam sujud

Moga sakit penat Pak long (panggilan untuk pakcik belah Ibu) menahan kanser, Tuhan ganti dengan pahala & mudahnya urusan di akhirat

Moga tiap lelah penat menghirup nafas, Tuhan ganti dengan rahmat & ampunan dosa
Moga tiap detik si isteri (Mak long) yang setia berulang alik ke hospital (pagi ke sekolah menjadi pengajar, petang hingga malam di samping suami), Tuhan ganti dengan nikmat syurga dan redha suami.

Besarnya pengorbanan Mak Long... ='(

Moga tiap titis air mata sanak saudara yang datang melawat, jadi doa buat pak long supaya cepat sembuh.

Besarnya kuasa Tuhan aku lihat jelas pada pak long.


"Dan barangsiapa kami panjang kan umurnya niscaya kami kembalikan dia kepada awal kejadiannya (kembali menjadi lemah dan kurang akal seperti anak kecil). Maka mengapa mereka tidak mengerti?" 
(Yassin: 68)

Monday, September 3, 2012

Tiada yang kebetulan

Tiada yang kebetulan. 

Semuanya sudah dalam takdir & percaturan Tuhan. 

Apa yang jelas bagi aku, manusia bebas membuat pilihan. Terserah pada diri sendiri.


          ".....Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi merekalah yang menzalimi diri sendiri" 
(Al-Baqarah: 2: 57)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis